top of page
Search

Beberapa Tradisi Pernikahan Unik di Indonesia



beberapa-tradisi-pernikahan-unik-di-indonesia

Indonesia dengan berbagai suku bangsa, bahasa, dan tradisinya selalu menarik untuk diceritakan. Dengan beragamnya budaya di negeri ini, terdapat pula tradisi perkawinan / pernikahan yang beranekaragam variasinya. Orang-orang dari seluruh Indonesia tentu memiliki tradisi yang berbeda. Tidak dipungkiri bahwa sampai saat ini orang Indonesia yang menyelenggarakan upacara pernikahan adat untuk menghormati tradisi yang dipercaya secara turun menurun. Biar lebih afdol, yuk kita bahas beberapa tradisi pernikahan unik yang ada di Indonesia!


Tradisi Pernikahan Adat Tionghoa: Upacara Minum Teh sampai Nominal Seserahan

Kedua keluarga mempelai akan diperkenalkan secara resmi selama Upacara Minum Teh dan bersama-sama mereka minum the khas Cina. Setelah teh habis, pasangan itu akan menerima lai see, amplop merah keberuntungan, pemberian keluarga yang berisi uang dan terkadang emas ataupun perhiasan. Pesta resepsi akan dimulai ketika upacara minum teh telah selesai dilaksanakan.



Uniknya, pernikahannya harus melihat perhitungan hari, jam dan tanggal baik. Hal ini dianggap hal wajib diperhitungkan bagi tradisi adat China di Indonesia. Untuk melengkapi tradisi ini, barang seserahan pun biasanya melambangkan kelanggengan, kesuburan dan juga kebahagiaan untuk kedua mempelai. Barang lamaran sebanyak 9 (jiu) atau 8 (fat) yang menjadi kunci pokok langgeng dan berkembangnya kebahagiaan bagi kedua mempelai.


Tradisi Pernikahan Adat Minangkabau: Melamar Mempelai Pria sampai Tradisi Pasca Akad

Dalam tradisi pernikahan adat Minang, keluarga mempelai wanitalah yang akan datang ke pihak mempelai pria untuk meminang. Setelah lamaran diterima, prosesi ini berlanjut dengan tahap bertukar tanda simbol pengikat. Tahapan dalam tradisi pernikahan adat Minang adalah maresek (Pertemuan), maminang dan batimbang tando (Meminang dan bertukar tanda), mahanta siriah (Minta izin), babako-babaki (Membawa berbagai antaran), malam bainai (Memberi inai pada kuku mempelai wanita), manjapuik marapulai (Menjemput mempelai pria untuk akad nikah), penyambutan di rumah anak Daro, dan ada pula tradisi setelah akad nikah.


Tradisi Pernikahan Adat Batak : Merundingkan Mas Kawin atau Mahar

Dalam pernikahan adat Batak, terdapat sebuah tradisi yang menunjukkan mempelai pria harus membeli mempelai wanita tersebut dari pihak orangtuanya. Proses ini dinamakan dengan Sinamot. Sinamot adalah sejumlah harga (Mahar) yang ditentukan orangtua dari pihak mempelai wanita agar pihak mempelai pria bisa memiliki dan mempunyai hak atas anak perempuannya.


Tolak ukur harga beli yaitu terdapat pada tahta pendidikan mempelai wanitanya. Harga sinamot tidak selalu ditentukan dari pendidikan. Namun, biasanya pendidikan lah yang dijadikan tolak ukur agar calon suaminya berpendidikan lebih tinggi daripada mempelai perempuan. Hal ini bertujuan supaya ketika berkeluarga, mempelai pria memang sudah mampu untuk menafkahi keluarganya.


Tradisi Pernikahan Adat Jawa: Budaya Pingitan

Tradisi ini telah menjadi budaya turun-temurun bagi masyarakat Jawa, khususnya menjelang acara pernikahan. Waktu pingitan yang dijalankan calon mempelai biasanya berkisar 1-2 bulan bagi calon mempelai perempuan.


Selama masa pingitan, calon pengantin perempuan akan mendapatkan pelatihan seputar rumah tangga oleh keluarga. Hal ini tentunya dapat menghilangkan rasa bosan dan akan menjadi bekal untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Selain itu, calon mempelai wanita juga akan mendapatkan perawatan fisik. Hal ini dilakukan agar calon pengantin perempuan tampak lebih cantik saat akad nikah berlangsung. Tujuan lain dari tradisi pingitan ini di antaranya untuk memupuk rasa rindu bagi kedua calon mempelai, membangun rasa saling percaya, melatih kesabaran, dan menjauhkan dari segala mara bahaya.


Tradisi Pernikahan Adat Bali : Terdapat Dua Jenis Perkawinan

Berdasarkan adat dan tradisi, terdapat dua jenis perkawinan yang dilaksanakan masyarakat Bali. Tradisi yang pertama adalah perkawinan yang mengikuti garis keluarga pria (patrilineal) dan yang kedua adalah perkawinan dengan mengikuti garis dari pihak wanita (matrilineal). Pada jenis pernikahan pertama, biasanya diselenggarakan oleh pihak pria. Ada tiga tata cara pernikahan yang biasa dilaksanakan pada pernikahan jenis pertama ini, yakni meminang atau mamadik, atau disebut ngidih. Nyentana atau Nyeburin merupakan jenis perkawinan adat Bali yang kedua. Prosesinya dilaksanakan oleh pihak keluarga wanita. Tradisi pernikahan ini merupakan kebalikan dari tiga bentuk perkawianan adat Bali yang menganut garis patrilineal.


Bagaimana dengan Anda? Tradisi apa nih yang Sobat Care gunakan? Apapun tradisinya semoga selalu lancar dan membawa berkat kebahagiaan ya untuk semua Sobat Care di mana pun Anda berada.

 
 
 

1 Comment


Ricky Iie
Ricky Iie
Jan 03, 2022

Wah menarik banget artikelnya

Like

@carephotobooth

PngItem_20020.png
pngkey.com-email-icon-white-png-9311379.
White Whatsapp.png
follow us on instagram

images and designed by Care Photobooth

© 2021 by Care Photobooth

bottom of page